Palembang, Inmas.
Peringatan tahun baru Islam 1 Muharam 1440 Hijriah harus dimaknai sebagai momentum refleksi dan perbaikan diri. Demikian disampaikan kepala MTs Negeri 1 Palembang Budiman saat menyampaikan kata sambutan pada acara peringatan 1 Muharam 1440 di madrasahnya, Kamis (13/9). Menurutnya bertambahnya satu tahun usia bukan berarti peluang hidup makin lama. Justru katanya menjadi pengingat untuk berbenah diri.
Kepala MTs N.1 Palembang Budiman
“Bertambahnya angka tahun itu artinya usia kita berkurang. Umur dunia ini berkurang. Oleh karena itu jangan berpikir masih punya banyak waktu untuk bertobat, memperbaiki diri dan berbenah dari salah dan dosa. Mari kita hijrah dari sekarang jangan tunggu besok, bulan depan atau tahun depan karena batas usia tidak ada yang tahu kecuali Allah swt,” ajaknya
Dengan bergantinya tahun dari 1439 ke 1440 Hijriyah lanjutnya, memberikan kesempatan kepada yang masih hidup untuk mengintropkesi dan mengoreksi diri tindak tanduk yang dikerjakan selama setahun lalu. Apakah banyak maksiat ataukah banyak kebaikan. Jika merasa banyak dosa, anggap tahun ini kesempatan terakhir untuk membenahi diri dan meningkatkan nilai-nilai kebaikan itu.
Para siswa mendengarkan ceramah
“Kepada para siswa jika sebelumnya malas belajar, sering menyakiti orang tua dan guru, suka berkata tidak sopan, berperilaku kurang baik, mari seiring pergantian tahun ini kita rubah, kita hijrah , kita berkomitmen meninggalkan kebiasaan tidak baik itu dengan berlomba-lomba melakukan kebaikan dan prestasi,” pesannya untuk siswa
Kepada jajarannya, dia berhahrap untuk selalu mengasah kemampuan, berkreasi dan inovasi untuk meniingkatkan kualitas pembelajaran baik bidang akademik maupun non-akademik. Karena lanjutnya, keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari tangan para guru dan pegawai. Oleh karena itu jangan pernah berhenti belajar dan mengembangkan kemampuan seiring dengan perkembangan teknologi.


Acara dimeriahkan oleh penampilan hadroh siswa/i MTs N 1 Palembang, ceramah oleh dacil (da’i cilik) dan puncak acara diisi oleh tausiyah ustad Ahmad Yusuf Kapno dari Bugis, Sulawesi Selatan, yang juga banyak membimbing para santri di Palembang. (teguh)